• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Bahaya Mengintai Kehamilan: Subkronik Hematoma, Si Biang Keladi Pendarahan yang Tak Boleh Disepelekan!

img

Pada masa kehamilan, seorang ibu mungkin mengalami berbagai kondisi yang menimbulkan kekhawatiran. Salah satunya adalah hematoma subkorionik, yang terjadi ketika darah terkumpul antara dinding rahim dan membran korionik. Kondisi ini, yang juga dikenal sebagai perdarahan subkorionik, seringkali terdeteksi melalui USG.

Hematoma subkorionik umumnya terjadi pada usia kehamilan 10 hingga 20 minggu. Membran korionik sendiri merupakan lapisan terluar yang melindungi kantung ketuban bayi dari dinding rahim. Ketika membran ini terlepas, hematoma dapat terbentuk.

Gejala yang paling umum adalah pendarahan vagina, terutama pada trimester pertama. Pendarahan ini bisa bervariasi, mulai dari bercak ringan hingga pendarahan berat yang disertai gumpalan. Beberapa wanita mungkin juga mengalami kram panggul, meskipun tidak selalu terjadi. Bahkan, ada sebagian wanita yang tidak mengalami pendarahan sama sekali, dan hematoma baru terdeteksi saat pemeriksaan USG rutin.

Meskipun pendarahan saat hamil bisa menakutkan, penting untuk diingat bahwa tidak semua pendarahan berbahaya. Sebagian besar hematoma subkorionik berukuran kecil dan tidak menimbulkan komplikasi serius. Namun, dokter akan mengevaluasi kondisi ibu hamil secara menyeluruh untuk menentukan apakah penanganan khusus diperlukan, berdasarkan ukuran hematoma dan usia kehamilan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hematoma subkorionik yang berukuran besar dapat meningkatkan risiko komplikasi seperti keguguran, pertumbuhan janin terhambat (IUGR), solusio plasenta, dan persalinan prematur. Sebuah studi yang dipublikasikan oleh National Library of Medicine menemukan adanya kaitan antara hematoma subkorionik berukuran besar dengan peningkatan risiko komplikasi kehamilan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara hematoma subkorionik dan komplikasi kehamilan. Beberapa studi menunjukkan bahwa ukuran dan lokasi hematoma, serta usia kehamilan saat diagnosis, dapat mempengaruhi risiko komplikasi. Studi dari American Journal of Obstetrics and Gynecology menunjukkan bahwa subkronik hematoma ditemukan pada sekitar 1-3 persen kehamilan dan lebih sering terjadi di trimester pertama.

Penanganan hematoma subkorionik biasanya meliputi istirahat yang cukup, pembatasan aktivitas fisik, dan pemantauan rutin oleh dokter. Dalam banyak kasus, hematoma dapat mengecil dan sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan intervensi medis. Menurut studi yang dipublikasikan oleh International Journal of Women’s Health, perawatan yang direkomendasikan meliputi istirahat, pembatasan aktivitas, dan pemantauan rutin.

Meskipun demikian, penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter jika mengalami pendarahan saat hamil. Dokter akan melakukan pemeriksaan yang diperlukan dan memberikan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi masing-masing ibu hamil.

Penting untuk diingat: Informasi ini bersifat umum dan tidak menggantikan saran medis profesional. Selalu konsultasikan dengan dokter atau tenaga medis yang berkualifikasi untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

© Copyright 2024 - Warta Senja
Added Successfully

Type above and press Enter to search.